Recent Posts

Seberapa Besar Meteor yang Lewati Kuningan dan Cirebon

TWEETUP
Rabu, 08 Oktober 2025, 9:27 AM WIB Last Updated 2025-10-08T02:27:50Z
masukkan script iklan disini
masukkan script iklan disini
Foto :  Istimewa

BANDUNG. TWEETUP -Warga Jawa Barat khususnya yang berada di sekitar Kuningan dan dan Cirebon sekitaran Minggu (5/10)  malam dikejutkan oleh suara dentuman dan getaran hebat. Serta adanya bola api yang melintasi langit di sekitaran wilayah mereka.


Kejadian yang bersumber dari sebuah meteor berbentuk bola api yang melintasi wilayah mereka sebelum akhirnya jatuh ke Laut Jawa.


Peneliti astronomi dan astrofisika dari Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) dulu  LAPAN (Lemabaga Penerbangan dan Antariksa Nasional) Thomas Djamaluddin, meteor yang melintas itu berukuran cukup besar.

Thomas Djamaludin peneliti astronomi dan astrofisika dari Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN). (Foyo: istimewa)


Dentuman dan getaran yang dialami warga setempat merupakan hasil dari gelombang kejut yang tercipta ketika meteor besar itu memasuki atmosfer bumi pada kecepatan yang sangat tinggi.


Peristiwa itu ramai di media sosial, dengan sejumlah video menunjukkan sebuah cahaya terang yang melintas cepat di langit di atas kota di pesisir utara Jawa Barat tersebut sebelum menghilang di kejauhan.


Apa saja yang diketahui dari peristiwa meteor melintasi wilayah Kuningan dan Cirebon itu sejauh ini? Prediksi asal usulnya?


Selama ini, masyarakat cukup akrab dengan istilah "hujan" meteor.


Fenomena ini sejatinya merujuk saat bumi melewati serpihan komet atau asteroid, di mana sebagian di antaranya masuk ke dalam atmosfer bumi.


Thomas Djamaluddin menyebut fenomena ini dapat diprediksi karena memiliki siklus tertentu.


Serpihan tersebut juga tidak berbahaya karena kecil dan mudah terbakar saat memasuki atmosfer.


Ia merujuk hujan meteor Persied yang disebabkan material sisa dari komet Swift-Tuttle yang melewati matahari saban 135 tahun.


Sejumlah fenomena "hujan" meteor sendiri akan terjadi wilyah Indonesia sepanjang Oktober, seperti hujan meteor Draconid pada 8 Oktober, Taurid Selatan pada 10 Oktober, Delta Augurid pada 11 Oktober, Epsilon Geminid pada 18 Oktober, dan Orinid pada 21 Oktober.


Lantas, apakah meteor yang melintasi Kuningan dan Cirebon pada 5 Oktober terkait rangkaian "hujan" meteor tersebut?




"Tidak ada kaitannya," ujar Thomas, seraya menyebut bahwa rangkaian "hujan" meteor itu berasal dari debu sisa komet, bukan bebatuan yang "nyasar" ke atmosfer bumi.


Di luar siklus tersebut, Thomas Djamaluddin menambahkan, meteor sejatinya dapat datang sewaktu-waktu.


Pasalnya, alam semesta dipenuhi bebatuan yang pecahannya tiba-tiba dapat mencapai dan memasuki atmosfer bumi.


"Macam-macam bentuknya dan bisa dari mana saja," ujarnya.


"Ada [bebatuan] yang kita tidak bisa ketahui asal dan kapan berpapasan dengan bumi," lanjut Thomas, seraya menambahkan bahwa BRIN tidak memiliki alat yang dapat mendeteksi benda langit yang masuk ke dalam wilayah udara Indonesia.


Hal sama disampaikan Kepala Tim Kerja Prakiraan, Data, dan Informasi Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisik (BMKG) Kertajati, Jawa Barat, Muhammad Syaiful Fuad yang menyebut lembaganya tidak memiliki instrumen untuk mendeteksi pergerakan benda langit.@bbc

Komentar

Tampilkan

Terkini

Story

+
-->